Saturday, March 27, 2010

My Club Punya Facebook

FACEBOOK
Dunia teknologi sekarang makin canggih, termasuk munculnya social networking seperti : twitter, facebook, myspace dan lain sebagai nya. Memang sangat besar manfaat dari penggunaan social networking tersebut, baik itu negatif maupun dampak positifnya. Oleh karena itu, kami dari My Club Siantar pun ingin menggunakan social networking tersebut, dan Alhamdulillah kami telah membuat account di facebook, Sharing dan komentar nya di tunggu ya ....
Alamat facebook nya dapat anda lihat klik disini
atau searching dengan email : myclub.siantar@gmail.com

Thursday, July 24, 2008

Menangis dalam Shalat

“BENARKAH sebaik-baik salat adalah yang disertai dengan tangis, Tuan?“ tanya seorang murid Abu Qubaisy segera setelah mahaguru tersebut usai menyampaikan kata pengantar pembuka majelis taklimnya sore itu. Ketika menyampaikan kata pengantarnya, Abu Qubaisy memang berbicara banyak tentang salat. Namun beliau tidak sepatah pun mengaitkan salat dengan menangis. Karena itu seorang murid yang pernah mendengar keterangan mengenai salat dan menangis, menanyakan hal itu. “Dalam satu kesempatan Rasulullah Saw memang pernah menyuruh menangis dalam salat.

Bahkan beliau sempat menekankan hal tersebut dengan sabda, ‘Bila engkau tak bisa menangis, usahakanlah agar kamu bisa menangis.’ Namun tak ada pendapat, juga dari Rasulullah Saw yang menyatakan bahwa salat yang disertai dengan tangis lebih baik daripada yang tidak disertai dengan tangis,” jelas Abu Qubaisy dengan kata-kata yang tegas dan mudah dipahami. “Apakah Rasulullah Saw pernah menangis dalam salatnya?” tanya murid lain dengan rasa ingin tahu yang sangat. “Bukan hanya pernah, tetapi sering. Ketika membaca ayat-ayat Al-Quran dalam salatnya, Rasulullah Saw kerap kali menangis. Setidak-tidaknya airmata beliau mengalir.

Bahkan sekali tempo airmata beliau sampai membasahi janggut. Semua itu dimungkinkan karena bukan saja paham benar isi ayat yang dibaca, melainkan juga beliau menghayati ayat-ayat tersebut dengan sepenuh hati,” jawab Abu Qubaisy membuat murid yang bertanya dan juga murid-murid yang lain mengangguk-anggukkan kepala. “Kalau begitu orang-orang yang seperti kami, yang kurang atau tidak memahami dengan baik ayat-ayat Al-Quran, dan tidak pula mampu menghayatinya, tak perlu menangis dalam salat?” tanya murid lain dengan lugu, sehingga Abu Qubaisy tersenyum dibuatnya.

“Menangis, atau perbuatan apa pun kalau dibikin-bikin bukanlah suatu perbuatan yang baik. Seruan Rasulullah agar menangis dalam salat, maksudnya menyuruh kita salat dengan sepenuh hati. Dengan sungguh-sungguh memahami maksud dan tujuannya,” kata Abu Qubaisy akhirnya.*

Friday, March 21, 2008

TRY OUT STAN SE- SUMATERA 2008

Assalamu'alaikum adik-adik generasi islam
Besok, tanggal 23 Maret 2008 My-Club Pematangsiantar bekerjasama dengan Bimbingan Belajar STAN Adzkia Medan akan mengadakan Try out Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Se-Sumatera 2008 yang meliputi beberapa kota yang ada di pulau Sumatera...
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) merupakan PTK (Perguruan Tinggi Kedinasan) yang berada di bawah naungan Departemen Keuangan (Depkeu) Republik Indonesia. PTK ini menjadi perguruan tinggi yang sangat diminati para pelajar lulusan SMA sederajat untuk kuliah dan meniti karir di Departemen Keungan. STAN terdiri dari beberapa spesialisasi diantaranya : akuntansi pemerintahan, perpajakan, bea dan cukai, piutang lelang, penilai pbb, dll.
Jumlah peserta ujian dari tahun ke tahun terus bertambah. Dapat dilihat dari jumlah peserta tahun lalu yang menembus angka 16.000 peserta untuk Sumatera Utara dan NAD, sedangkan jumlah yang lulus sekitar 250 orang....
Untuk itu adik-adik harus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi ujian STAN 2008..
Kapan ujiannya kak??? he.. he.. trus browse blog dambaan adik-adik ini untuk mendapatkan informasi terkini tentang dunia pendidikan..
selain blog ini, seksi humas & media My-Club Pematangsiantar juga sedang membangun sebuah website khusus untuk informasi terkini dari kegiatan-kegiatan My-Club Pematangsiantar & informasi terkini dunia pendidikan...
kapan kak??? tunggu aja ya...
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Monday, March 3, 2008

"Boleh Cinta, Jangan Cinta Buta"


“Seseorang sejalan dan sealiran dengan kawan akrabnya, maka hendaklah kamu berhati-hati dalam memilih kawan setia.” (HR. Ahmad)


Maha Agung Allah yang telah menganugerahkan jiwa-jiwa persaudaraan buat seorang mukmin. Ada kebahagiaan tersendiri ketika hidup dengan banyak teman dan saudara seiman. Mungkin, itulah di antara bentuk keberkahan.

Namun, tidak semua pertemanan berujung kebaikan. Perlu kiat tersendiri agar niat baik pun menghasilkan yang baik.

Mengenali teman dengan baik

Islam adalah agama yang santun. Seperti itulah ketika Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa mendahului salam. Mendahului salam sangat dianjurkan Rasulullah saw., kepada yang kita kenal atau belum: “…berilah salam kepada orang yang kamu kenal dan orang yang belum kamu kenal.” (Muttafaqun ‘Alaih)

Dari salam inilah hal pertama yang bisa didapat dari calon teman adalah muslimkah dia. Paling tidak, ada gambaran sejauh mana tingkat keislaman orang itu. Karena seorang muslim yang baik paham kewajiban menjawab salam.

Setelah saling berbalas salam, jalinan perkenalan dirangsang dengan mengenalkan diri si pemberi salam terlebih dahulu. Dari situlah tukar informasi diri berlangsung lancar. Dan senyum merupakan ungkapan tersendiri yang mensinyalkan rasa persaudaraan dan perdamaian. Rasulullah saw. bersabda, “Jiwa-jiwa manusia ibarat pasukan. Bila saling mengenal menjadi rukun dan bila tidak saling mengenal timbul perselisihan.” (HR. Muslim)

Namun, satu momen perkenalan itu jelas belum cukup. Butuh interaksi secara alami. Setelah itu, waktu dan jumlah pertemuanlah yang menentukan. Apakah perkenalan berlanjut pada persaudaraan. Atau sebaliknya, sekadar kenal saja. Dan keinginan kuat untuk bersaudara mesti diutamakan dari sekadar kenal. Terlebih persaudaraan karena jalinan iman dan takwa.

Allah swt. mengisyaratkan itu dalam surah Al-Hujurat ayat 13. “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Walau pada tingkat persaudaraan, perkenalan bukan berarti sesuatu yang sudah usai. Karena kehidupan manusia tidak diam. Ia selalu bergerak, berubah, dan berganti. Termasuk pada sikap dan karakter. Boleh jadi, seseorang bisa terheran-heran dengan perubahan teman lama yang pernah ia kenal. Karena ada yang beda dalam fisik, sikap, karakter, bahkan keyakinan.

Perubahan-perubahan itulah menjadikan seorang mukmin senantiasa menghidupkan nasihat. Mukmin yang baik tidak cukup hanya mampu memberi nasihat. Tapi, juga siap menerima nasihat. Dari nasihat itulah, hal-hal buruk yang baru muncul dari seorang teman bisa terluruskan.

Seperti itulah firman Allah swt. dalam surah Al-‘Ashr ayat 1 sampai 3. “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati supaya mentaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.”

Mewaspadai dampak buruk seorang teman

Buruk sangka dalam pertemanan memang tidak dibenarkan Islam. Tapi, ketika ada fakta-fakta yang menyatakan tidak bagusnya seorang teman, dan nasihat sudah tidak lagi ampuh, kewaspadaan mungkin jadi jalan terakhir. Karena tidak tertutup kemungkinan, keburukan bisa menular. Paling tidak, agar tidak kecipratan air busuk temannya.

Rasulullah saw. bersabda, “Kawan pendamping yang saleh ibarat penjual minyak wangi. Bila dia tidak memberimu minyak wangi, kamu akan mencium keharumannya. Sedangkan kawan pendamping yang buruk ibarat tukang pandai besi. Bila kamu tidak terjilat apinya, kamu akan terkena asapnya.” (HR. Bukhari)

Mewaspadai tidak berarti memutus pertemanan buat selamanya. Apalagi menyebar hawa permusuhan dan kebencian. Karena boleh jadi, sifat buruk bisa berubah baik. Sebagaimana, baik menjadi buruk. Kontribusi sebagai seorang teman mesti terus mengalir. Paling tidak, dalam bentuk doa.

Berhati-hati mencintai seseorang

Cinta tidak melulu antara laki dan wanita. Ada cinta lain yang berwarna persaudaraan dan pertemanan. Karena ikatan suku, profesi, sekelompok orang bisa saling mencintai. Begitu pun dalam ikatan persaudaraan Islam. Rasulullah saw. mengatakan, “Tidaklah beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”

Umumnya, cinta punya rumus: saling kenal, saling paham, saling cinta, dan saling berkorban. Tapi, ada cinta yang datang tiba-tiba. Mungkin karena ada sesuatu yang menarik dari penampilan fisik, cinta langsung berbunga. Atau, karena ada seseorang yang begitu murah hati dan dermawan, cinta bisa langsung tumbuh pesat. Ada utang budi yang berinti cinta. Kalau sudah begitu, pengorbanan menjadi sesuatu yang amat ringan.

Kalau orang yang cepat dicintai itu memang layak dicintai, simpati dan pengorbanan tentu akan berbuah kebaikan. Tapi, bagaimana jika yang tiba-tiba dicintai itu punya maksud tidak baik. Karena kelihaian, atau karena sudah jadi profesi, cinta bisa dimanipulasi menjadi alat efektif melakukan penipuan.

Karena itu, Rasulullah saw. mewanti-wanti dalam mencintai seseorang. Cinta bisa menghilangkan daya kritis dan rasionalitas seseorang. Beliau saw. besabda, “Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Berteman dan bersaudara memang menjadi sebuah kenikmatan tersendiri buat seorang mukmin. Pertemanan seperti itu tidak hanya bermanfaat di dunia, tapi juga di akhirat. Begitulah sabda Rasulullah saw., “Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat berseru, ‘Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dalam lindungan-Ku, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali per-lindungan-Ku.” (HR. Muslim)